Rabu, 27 April 2011

Mesopotamia

Peradaban Mesopotamia

Peradaban Mesopotamia tumbuh dan berkembang di Timur Tengah, tepatnya di kawasan subur antara Sungai Eufarat dan Tigris. Oleh orang Yunani daerah itu dijuluki Mesopotamia, dari kata mesos yang berarti di antara dan potamos yang berarti sungai-sungai. Di daerah subur itu silih berganti muncul peradaban dari bangsa yang berbeda. Uniknya, meskipun saling menaklukkan, keunggulan peradaban bangsa yang takluk, dilanjutkan oleh bangsa yang menang.
Peradaban Sumeria
Sejak tahun 500 SM, bangsa Sumeria mengusahakan lahan pertanian di sebelah selatan Mesopotamia. Mereka mengembangkan kebudayaan yang disebut Ubaid. Lama-kelamaan mereka mengetahui cara meningkatkan hasil pertanian, seperti membangun saluran irigasi untuk mengairi lahan sekaligus menanggulangi banjir musiman.
Kawasan subur Mesopotamia yang dikelilingi pegunungan Tandus.
Berlimpahnya hasil pertanian mengakibatkan populasi meningkat. Keadaan itu mendorong munculnya kota-kota. Kota-kota yang terkenal antara lain Eridu, Ur, Uruk. Munculnya kota-kota menandai babak baru dalam peradaban Sumeria. Masyarakat Sumeria semakin majemuk, bukan lagi hanya petani, melainkan terdapat beragam profesi dan status, seperti pedagang, tukang, dan pendeta.
Sistem Pemerintahan
Pada awalnya masing-masing kota Sumeria berdiri sendiri menjadi semacam negara-kota. Tiap kota diperintah oleh suatu dewan yang terdiri atas para orang tua. Khusus pada masa perang, pimpinan beralih kepada seorang panglima yang disebut lugal. Ia menjadi pemimpin sampai perang berakhir.
Persaingan dan perebutan di antara kota-kota mengakibatkan peperangan sering terjadi. Keadaan diperburuk oleh serangan dari suku-suku nomad. Peperangan yang berlarut-larut membuat kedudukan para lugal semakin permanen. Mereka memerintah untuk waktu yang lama, kemudian untuk seumur hidup. Keadaan tersebut mendorong sistem pemerintahan di setiap kota berubah menjadi kerajaan. Sejak tahun 2900 SM, kedudukan lugal telah berubah menjadi raja.
Setelah sempat dikuasai oleh Akkadia lalu Gutia, peradaban Sumeria bangkit kembali di bawah pemerintahan Ur-Nammu. Di bawah pemerintahannya, kota-kota Sumeria dipersatukan. Akan tetapi, kejayaan itu hanya bertahan 100 tahun. Bangsa Elam menyerang dan menguasai kota-kota Sumeria. Meskipun demikian, bangsa yang menguasai kawasan itu tetap melanjutkan peradaban Sumeria.
Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan Sumeria bercorak polytheisme. Bangsa Sumeria menyembah ratusan dewa-dewi. Bagi mereka, memuja dan memberikan persembahan kepada dewa-dewi amat penting agar tetap makmur. Jika tidak, dewa-dewi akan marah dan menjatuhkan hukuman dalam wujud banjir dan perang.
Masing-masing kota memiliki dwa pelindung. Dewa itu akan memelihara keberlangsungan kota. Dewa-dewi lainnya dikaitkan dengan segi-segi kehidupan sehari-hari.
Dewa-dewi Sumeria
Enhil, dewa udara sekaligus dewa tertinggi
Ninhursag, istri Enhil sekaligus dewi tertinggi
Enki, dwa air dan pelindung ilmu pengetahuan serta sihir
Nanna (kemudian disebut Sin), putera Enhil sekaligus dewa bulan
Utu (kemudian disebut Shamash), putera Nanna sekaligus dewa matahari
Innana (kemudian disebut Itsar), dewi cinta sekaligus perang

Sistem Tulisan
Salah satu jasa bangsa Sumeria bagi sejarah dunia adalah penemuan sistem tulisan. Sejak tahun 400 SM bangsa Sumeria telah mengembangkan sistem tulisan. Sistem tulisan itu muncul seiring dengan pertumbuhan kota-kota yang cepat. Pertumbuhan kota melahirkan kebutuhan akan catatan-catatan, seperti kronik peristiwa penting dan jumlah panenan serta ternak yang harus diserahkan ke kuil pemujaan untuk persembahan.
Sistem tulisan Sumeria berupa tulisan gambar (pictograp). Orang Sumeria menulis pada tablet, yakni lempengan tanah liat. Sebagai alat tulis, digunakan semacam paku. Itulah sebabnya, sistem tulisan Sumeria dikenal sebagai huruf paku.
Dalam perkembangannya, sistem penulisan Sumeria mengalami modifikasi ke dalam bentuk lambang-lambang. Sistem penulisan ini selanjutnya dipakai oleh bangsa-bangsa yang menguasai kawasan Mesopotamia.
Bangunan Kuil
Tata kota bangsa Sumeria tidak bia dilepaskan dari bangunan kuil. Orang Sumeria percaya bahwa kota bukan milik mereka, melainkan para dewa-dewi. Oleh karena itu, harus ada bangunan kuil di pusat kota. Besar dan kecilnya kuil tergantung dari kemakmuran kota yang bersangkutan.
Bangsa Sumeria mempunyai cara tersendiri dalam bembangun kuil. Secara bertahap mereka memperbarui kuil sesuai dengan tingkat kemakmuran kota. Saat memperbarui, mereka membangun kuil baru di atas kuil yang lama. Begitu seterusnya sehingga kuil semakin tinggi dan berundak-undak. Model bangunan seperti itu disebut ziggurat. Model bangunan kuil seperti itu terus dilanjutkan oleh bangsa-bangsa lain yang menduduki kawasan Mesopotamia.
Peradaban Akkadia
Bangsa Akkadiatermasuk rumpun Semit yang tinggal di wilayah sebelah utara Sumeria. Pada tahun 2371 SM, pasukan Akkadia di bawah pimpinan Sargon menyerang dan menguasai kota Sumeria bernama Kish. Peristiwa itu menandai mulainya peradaban Akkadia di Mesopotamia.
Sargon adalah seorang administrator sekaligus panglima yang unggul. Ia menyatukan kota-kota di kawasan Mesopotamia menjadi satu kerajaan besar. Ia pun memperluas pengaruh sampai ke Mediterania (tepi Laut Tengah) di sebelah barat dan sampai ke Elam di sebelah timur.
Peradaban Akkadia tidak jauh berbeda dengan peradaban Sumeria. Bahkan boleh dikatakan, peradaban Akkadia melanjutkan peradaban Sumeria. Dengan demikian, sistem kepercayaan, sistem tulisan, maupun tata kota serupa dengan peradaban Sumeria.
Peradaban Akkadia hanya berlangsung singkat, seusai usia pemerintahan Sargon. Setelah Sargon meninggal, kerajaan terpecah belah. Kerajaan sempat pulih semasa pemerintahan Naram-Sin. Namun, tidak bertahan lama. Pemberontakan dari dalam dan serangan bangsa Gutia mengakhiri peradaban Akkadia.
Peradaban Babylonia Lama
Peradaban Babylonia lama disebut juga Peradaban Amoria. Bangsa Amoria termasuk rumpun Semit. Bangsa ini mulai berpengaruh di kawasan Mesopotamia sekitar tahun 2000 SM. Estela menaklukkan Sumeria, Akkadia, dan Asiría, bangsa ini mendirikan kota-kota sekaligus mengembangkan peradaban di kawasan Mesopotamia.
Tokoh termasyur dari bangsa tersebut hádala Hammurabi. Pada tahun 1792 SM, ia naik tahta di kota Babilón, pusat kerajaan Amoria di tengah kawasan Mesopotamia. Sebetulnya, kerajaan itu sudah ada beberapa ratus tahun sebelumnya. Di bawah pemerintahan Hammurabi, Babylonia memperluas pengaruh sampai ke Sumeria dan Akkadia. Ia juga menaklukkan Gutia, Elam, dan Asiría.
Kejayaan Babylonia lama langsung surut estela Hammurabi meninggal. Tidak ada lagi pemimpin Amoria setangguh Hammurabi. Pada tahun 1590 SM, kota Babylonia jatuh ke dalam kekuasaan bangsa Hittite. Peristiwa itu menandai berakhirnya peradaban Babylonia lama.
Peradaban Babylonia lama boleh dikatakan melanjutkan peradaban yang sebelumnya hidup di Mesopotamia. Baik sistem pemerintahan, sistem tulisan, dan tata kota tidak jauh berbeba dengan peradaban sebelumnya. Namun, ada dua hal yang menjadi ciri khas peradaban Babylonia lama, yakni Codex Hammurabi dan sistem kepercayaan.
Codex Hammurabi
Peninggalan amat bernilai dari peradaban Babylonia lama adalah undang-undang. Hammurabi adalah seorang panglima sekaligus negarawan yang unggul. Ia memperhatikan kesejahteraan rakyat, keamanan negara, dan stabilitas ekonomi serta politik. Semua hal itu tidak mungkin tercapai kalau tidak ada kepastian hukum. Untuk itu, Hammurabi membuat undang-undang, yang terkenal dengan sebutan Codex Hammurabi.
Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan bangsa Amoria tidak jauh berbeda dengan Sumeria. Mereka percaya bahwa beragam peristiwa alam dan nasib manusia telah digariskan para dwa-dewi. Oleh karena itu, kepercayaan bangsa Amoria adalah polytheisme. Meskipun demikian, kepercayaan bangsa Amoria memiliki kekhasan tersendiri. Kepercayaan itu merupakan paduan pengamatan ilmiah terhadap alam semesta (langit) serta cuaca, tata cara pemujaan dewa-dewi yang dianggap sebagai pelindung, dan sihir (magic). Kepercayaan seperti itu menjadi batu loncatan bangsa Amoria untuk mengenal astrologi (ilmu yang mempelajari keterkaitan benda-benda langit dengan kehidupan dan peristiwa di atas bumi).
Dewa-dewi yang disembah bangsa Amoria serupa dewa-dewi orang Sumeria. Hanya namanya yang berbeda. Dewa tertinggi bangsa Amoria adalah Marduk. Mula-mula Marduk hanya sebagai dewa kota Babylon. Bersamaan dengan semakin pentingnya kedudukan kota Babylon di kawasan Mesopotamia, kedudukan Marduk pun semakin penting. Orang Amoria percaya bahwa Marduk adalah dewa yang bijaksana. Ia akan melindungi orang baik dan menghukum orang jahat.
Peradaban Assyria
Mula-mula bangsa Assyria menetap di hulu sungai Tigris, yakni di kota Ashur, Nineveh, Arbela, dan Nimrud. Kawasan tersebut pernah berada di bawah pengaruh Sumeria, kemudian Akkadia, dan Amoria. Bangsa ini sempat bangkit di bawah pimpinan Shamshi-Adad. Bahkan Assyria sempat menanamkan pengaruh di kota Mari dan Babylon. Sepeninggal Shamshi-Adad, Assyria kembali menjadi taklukan Hittite dan Amoria saat pemerintah Hammurabi.
Sekitar tahun 1300 SM, Assyria kembali bangkit di bawah pimpinan Ashur-ubalit I. Bangsa itu memerdekakan diri dari pengaruh bangsa-bangsa lain. Sejak saat itu, Assyria menadi kerajaan yang disegani di kawasan Mesopotamia. Mereka menguasai kawasan itu selama lenih dari 600 tahun. Kejayaan Assyria berakhir pada tahun 612 SM, saat kota Nineveh dan Ashur jatuh ke dalam kekuasaan bangsa Media dan Khaldea.
Peradaban Assyria melanjutkan peradaban sebelumnya. Meskipun demikian, ada tiga hal yang menjadi ciri khas peradaban Assyria, yaitu sistem pemerintahan, sistem kepercayaan, dan ilmu pengetahuan.

Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan Assyria mengutamakan kehidupan kemiliteran. Semua raja Assyria adalah panglima militer yang unggul. Di samping itu, ciri militerisme Assyria tampak dari kecenderungan bangsa itu untuk menggalang pasukan, menyerang, dan menaklukkan wilayah bangsa-bangsa lain. Pasukan Assyria terkenal tangguh dan ditakuti. Akan tetapi, tindakan agresif Assyria itu pada gilirannya mengundang banyak musuh. Dalam pemerintahan, raja berkuasa mutlak dan mengusai segala aspek kegidupan. Hukum dijalan dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan saksi-saksi yang disumpah. Hukum yang dijalankan di Assyria adalah hukuman mati (hukuman pancung) dan memperkerjakan tawanan perang untuk kerja paksa.
Raja-raja Assyria
Shalmaneser I, yang merebut wilayah timur kerajaan Mitanni
Tiglathpileser I, yang menguasai kawasan Mediterania serta berperang melawan Aram dan Phrygia
Tiglathpileser III, yang menaklukkan Damascus (Damsyik) dan Phoenicia
Shalmaneser V, yang menaklukkan Kerajaan Samaria, di bagian utara Israel
Sargon II, yang menaklukkan Urartu dan membangun istana megah di Khosabad
Essarhaddon, yang merebut Memphis, di Mesir
Ashurbanipal II, yang menaklukan Thebe, Babylon, dan Susa

Sistem Kepercayaan
Sistem kepercaayan bangsa Assyria bersifat polytheisme. Dewa-dewi yang disembah sebetulnya berasal dari Sumeria, hanya namanya telah diganti. Dewa tertinggi bernama Ashur. Dari nama dewa itulah diperoleh nama kota Ashur dan bangsa Assyria. Raja dianggap sebagai wakil Ashur di muka bumi. Selain Ashur, makin banyak lagi dewa-dewi yang disembah bangsa Assyria. Seperti peradaban sebelumnya di Mesopotamia, orang Assyria menganggap dewa-dewi berkuasa menentukan nasib manusia serta menguasai langit, bumi, air, badai, dan api.

Dewa-dewi Assyria
Nabu, dewa ilmu pengetahuan dan pelindung juru tulis
Ninurta, dewa perang
Ishtar, dewa cinta

Ilmu Pengetahuan
Peninggalan tak ternilai dari peradaban Assyria di bidang ilmu pengetahuan berupa perpustakaan. Raja-raja Assyria telah membangun perpustakaan besar yang memuat banyak tablet (lempengan tanah liat) yang berisikan tulisan di bidang keagamaan, kesusastraan, pengobatan, sejarah, dan bidang ilmu lainnya. perpustakaan itu terdapat di Nineveh. Kebanyakan tablet berasal dari masa pemerintahan Ashurbanipal II .
Peradaban Babylonia Baru
Peradaban Babylonia baru disebut juga perdaban Khaldea. Kerajaan Babylonia baru didirikan oleh bangsa Khaldea estela dapat melepaskan diri dari bangsa Assyria pada tahun 627 SM. Pada tahun itu, pasukan Khaldea di bawah pimpinan Nabopolassar berhasil merebut kota-kota penting Assyria. Keberhasilan itu juga berkat bantuan pasukan Media.
Sistem pemerintahan kerajaan Babylonia baru mewarisi dan meneruskan sistem pemerintahan Babylonia lama. Raja Babylonia baru yang terkenal adalah Nebuchad-nezzar II. Pada masa pemerintahannya, Babylonia baru mencapai kejayaan. Ketika itu, wilayah kerajaan Babyonia baru meliputi seluruh Mesopotamia, sebagia Arab, Palestina, dan Mediterania. Kerajaan Babylonia baru berlangsung kurang dari 100 tahun. Sepeninggal Nebuchad-nezzar II, Babylonia baru mengalami kemunduran raja terakhir bernama Nabonidus. Setelah raja tersebut, berturut-turut Babylonia berada di bawah pengaruh Persia, Macedonia, dan Seulecid.
Perdaban Babylonia baru melanjutkan peradaban selanjutnya, terutama Babylonia lama. Meskipun demikian, ada hal yang menjadi ciri khas peradaban Babylonia baru yaitu tata kota dan ilmu pengetahuan.
Tata Kota
Peradaban Babylonia baru memperlihatkan kemampuan membangun kota secara menakjubkan. Kota di bangun mengurut perencanaan dan tata kota yang teratur. Prestasi bangsa Khaldea dalam membangun kota paling jelas semasa pemerintahan Nebuchad-nezzar II. Kota Babylon menjadi indah dan megah. Pintu masuk ke dalam kota berupa gerbang yang megah yang disebut gerbang Ishtar. Sedangkan di dalam kota, terdapat bangunan ziggurat raksasa berupa kuil dewa Marduk. Selain itu, terdapat juga taman gantung Babylon yang menjadi salah satu keajaiban dunia.
Ilmu Pengetahuan
Bagsa Khaldea telah mempunyai kemampuan yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan. Di bidang matematika, mereka dapat menghitung keliling dan luas lingkaran dengan rumus tertentu. Dalam hitungan waktu, mereka telah menggunakan perhitungan minggu (satu minggu sama dengan tujuh hari), satu hari di bagi menjadi 24 jam, tiap jam dibagi menjadi 60 menit. Merekapun telah mengenal bilangan pecahan, kuadrat, dan akar.
Keunggulan bangsa Khaldea dalam ilmu pengetahuan juga tampak di bidang astronomi. Mereka mampu meramalkan kapan akan terjadi gerhana bulan dan matahari.

Peradaban Persia
Peradaban Persia didirikan oleh bangsa Media dan Persia yang hidup di sebelah timur Mesopotamia. Kedua bangsa itu mula-mula bersekutu, namun kemudian bersaing dan saling menaklukkan. Kerajaan yang pertama muncul adalah kerajaan Media. Raja Media yang termasyur adalah Cyaxares. Semasa pemerintahannya, pasukan Media bersekutu dengan Khaldea menggulingkan Assyria. Setelah lebih dari 100 tahun di bawah pengaruh Media, bangsa Persia bangkit menaklukkan Media. Ketika itu, pasukan Persia dibawah pimpinan Syrus II berhasil mengalahkan pasukan Media di abaeah pimpinan Hstyages. Sejak saat itu kerajaan Persia terus menapak mencapai puncak kekuasaan.
Puncak kebesaran negara Persia terjadi pada masa pemerintahan Darius Agung. Semasa pemerintahannya kekuasaan Persia meliputi seluruh Mesopotamia, Mesir, sampai ke Lembah Indus. Semasa pemerintahnnya pula ibu kota kerajaan dipindahkan dari Persepolis ke Susa. Sejak tahun 465 SM, kerjaan Persia mengalami kemunduran. Kemunduran itu diakibatkan oleh peperangan yang berlarut-larut melawan Yunani. Keadaan diperburuk oleh persaingan berebut kuasa dan pengaruh diantara kalangan bangasawan. Semakin lemahnya pemerintah pusat membuka kesempatan bagi kerajaan takluk untuk memberontak dan melepaskan diri. Akhirnya, pada tahun 330 SM Persia takluk terhadao Machedonia yang dipimpin oleh Alexander Agung.



MESOPOTAMIA
Mesopotamia mempunyai arti daerah diantara dua sungai. Daerah ini, sekarang dinamakan Irak, merupakan daerah yang dialiri sungai Tigris dan sungai Efrat. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan disini bahwa sungai Tigris mengalir sejauh1850 km dari hulu mulai dari daerah Turki melewatiIrak ke Teluk Persia. Di daerah Irak Utara sungai ini mengalir melalui daerah pertanian yang subur yang banyak tumbuh pohon apel, jeruk serta padi-padian, ke arah Tenggara dan bertemu dengan sungai Efrat membentuk shatt Al Arab. Dari teluk Persia sungai Tigris dapat dilayari hingga ke Bagdad, ibukota Irak sekarang.
Sungai Efrat yang berawal dari daerah Turki Timur dan mengalir sejauh n2700 km melewati gurun pasir Suriah dan dataran rendah Irak, merupakan sungai terpanjang din Asia Barat. Sungai ini bertemu dengan sungai Tigris, dan membentuk Shatt Al Arab yang mengalir sejauh 190 km ke teluk Persia.
Daerah Mesopotamia mula-mula dikuasai oleh bangsa Sumeria. Daerah ini dikenal sebagai daerah yang memiliki peradaban yang tertua. Para ahli sejarah mencatat adanya dua kemajuan besar dalam perkembangan peradaban manusia yang telah terjadi di daerah Mesopotamia ini. Pertama, kemampuan bangsa Sumeria sekitar tahun 6500 SM terutama dibagian Utara, dan kedua dalam milenium ke 4 SM mereka mulai menggunakan lambang-lambang sebagai cara untuk menulis. Setiap lambang menggambarkan satu kata lengkap (piktografi). Didasarkan atas piktografi tersebut, mereka mengembangkan cara menulis menggunakan huruf atau aksara baku yang berbentuk baji (pahat) yang oleh serjana Inggris Thomas Hyde pada abad ke-17 diperkenalkan untuk pertama kali dengan nama “cuneiform” (cuneus berarti baji, forma berarti bentuk).
Di samping itu bangsa Sumeria telah memiliki pengetahuan terapan dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Antara tahun 4000-2500 SM mereka telah mampu membuat dan mengembangkan penggunaan roda bagi alat angkut, membuat perahu, barang-barang dari keramik, bahkan pada sekitar tahun 3000 SM mereka juga telah mampu membuat barang-barang dari perunggu, yaitu paduan tembaga dengan timah. Perunggu memiliki sifat lebih keras daripada tembaga maupun timah, sehingga dapat dibuat barang atau alat yang mempunyai kekuatan lebih besar. Mereka juga telah menguasai teknik membuat barang-barang dari besi. Dalam hal pembuatan banguna mereka mampu membuat bangunan candi dengan arsitektur yang mengagumkan seperti tampak pada Ziggurat (candi Mesopotamia) yang terkenal itu. Disamping itu sumbang an mereka yang penting ialah bahwa mereka merupakan pencipta kalender akuarat yang pertama. Bangsa Sumeria telah menemukan sistem hitungan sexagesimal yang didasarkan atas jumlah enam sebagai satuan kelipatan. Dari sistem inilah bangsa Sumeria mengenal pembagian waktu satu hari terdiri dari 24 jam, satu jam terdiri atas 60 menit serta satu menit terdiri atas 60 detik yang hingga sekarang masih diguanakan orang diseluruh dunia. Begitu pula dengan pembagian lingkaran dalam 360 derajat. Pembuatan barang-barang , pendistribusiannya serta penggunaannya diatur dan dalam pengawasannya para rohaniwan pada waktu itu. Mereka inilah yang menentukan kebijakan serta peraturan bagi masyarakat.
Sebelum tahun 2500 SM bangsa Sumeria telah memiliki kemampuan berhitung menggunakan bilangan-bilangan. Kemampuan ini mereka gunakan untuk menghitung suatu besaran dalam kehidupan mereka, misalnya mereka membuat tabel perkalian untuk keperluan menentukan luas lahan, juga untuk mengukur volume suatu tumpukan atau timbunan barang atau hasil pertanian. Mereka telah dapat menghitung volume silinder dengan menentukan harga π sama dengan tiga.
Sekitar tahun 2300 SM bangsa Sumeria ditaklukan oleh bangsa Babilonia yang mendiami daerah Mesopotamia bagian selatan yaitu daerah Babilonia dengan ibukotanya Babilon yang merupakan pusat pemerintahan, pusat politik dan agama di Asia Barat. Bangsa Babilonia ini telah mengembangkan matematika dengan memperkenalkan bilangan pecahan. Mereka juga membuat tabel perkalian, bilangan pangkat dua, akar pangkat dua, dan akar pangkat tiga, serta telah mampu menyelesaikan persamaan kuadrat. Dalam hal geometri bangsa Babilonia telah mengetahui bahwa semua segi tiga yang terdapat dalam setengah lingkaran merupakan segitiga siku-siku. Disamping itu mereka membagi lingkaran dalam 360 derajat. Di sini pengetahuan matematika digunakan untuk keperluan astronomi dan perdagangan.
Bansa Babilonia mempunyai sumbangan besar terhadap perkembangan astronomi. Daerah Mesopotamia memiliki langityang senantiasa cerah, jarang berawan, sehingga pada malam hari bintang-bintangdan planet terlihat jelas.Hal inilah yang memungkinkan para rohaniwan Babilonia melakukan observasi tau pengamatan terhadap benda-benda langit yang tampak dan membuat catatan tentang peredaran benda-benda tersebut. Mereka memberi nama pada kelompok bintang-bintang dengan Gemini, Scorpio dan lain-lain. Selain itu dari pengamatan tersebut mereka meramalkan sesuatu kejadian yang akan datang. Misalnya warna merah planet Mars menandakan akan ada peperangan. D emikian pula nasib seseorang diramalkan melalui hari kelahirannya, yaitu bertepatan dengan kelompok bintang apa. Oleh karena mereka sangat tertarik oleh ramalan-ramalan dengan bintang-bintang ini, maka mereka sangat tekun mempelajari keadaan atau posisi bintang-bintang tersebut. Sekitar tahun 2000 SM bangsa Babilonia telah memiliki kalender. Mereka menetapkan bahwa satu tahun itu terdiri atas 360 hari dan dibagi dalam 12 bulan sehingga tiap bulan terdiri atas 30 hari. Mereka juga membagi 1 hari menjadi 2x12 jam, dan tiap jam dibagi kedalam 60 menit, kemudian tiap menit terbagi atas 60 detik. Pengetahuan mereka mengenai peredaran bintang maupun planet serta bulan dan matahari mereka gunakan untuk menetapkan arah mata angin, barat, timur, utara dan selatan. Hal ini tampak pada banguna candi-candi yang sisinya selalu menghadap ke arah mata angin.

Pengamatan mereka terhadap peredaran benda-benda langit makin teliti dan dalam milenium ke-2 SM mereka mengetahui bahwa planet Venus kembali ke posisi semula sebanyak lima kali selama delapan tahun. Pengamatan mereka ini sejak tahun 1000 SM terus ditingkatkan sehingga pada tahun 700 SM mereka melakukan pencatatan secara sistematik. Dengan demikian mereka dapat mengetahui peredaran planet-planet secara tepat, bahkan mereka dapat mengetahui terjadinya gerhana bulan setiap delapan belas tahun sekali. Dari peredaran bulan mereka mengetahui bahwa satu kali peredarannya rata-rata memakan waktu 29 dan seperampat hari dan bahwa penyimpangan dari rat-rata inipun ternyata berlangsung secara teratur dan periodik.
Pengetahuan tentang kedokteran telah lama dikenal di Babilonia. Pada masa kekuasaan Hammurabi ada peraturan bahwa seorang dokter boleh melakukan operasi terhadap penderita yang dirawatnya. Peraturan itu menyatakan bahwa apabilaseorang dokter berhasil mengoperasi ia mendapat hadiah yang besar, tetapi sebaliknya apabila ia gagal, ia mendapat hukuman dengan cara dipotong tangannya. Berdasarkan kepercayaan pada waktu itu suatu penyakit itu disebabkan oleh adanya roh jahat dalam tubuh manusia, sehingga untuk menyembuhkannya harus diupayakan agar roh jahat itu dapat dikeluarkan dari tubuh manusia yang sedang sakit. Dengan demikian pengobatan pada dasarnya ditujukan untuk mengusir roh jahat tersebut.
Orang –orang Babilonia pada umumnya adalah petani atau pedagang. Karena itu mereka mengenal pula cara pinjam meminjam uang, cara bekerja sebagai tengkulak dan sebagainya yang ada hubungannya dengan perdagangan. Selain itu mereka ada pula yang menjadi ahli dalam hal kerajinan tangan misalnya membuat sepatu, menyamak kulit, memotong batu, mengukir gading, membuat bata, porselen, tekstil dan lain-lain.